Laman

Senin, 04 Januari 2016

DERU POTENSI CANYONING

Oleh : Anggi Jayadi (MC 29.309.12 MWH)

Foto : Dokumentasi Anggi Jayadi (MC 29.309.12 MWH)

SIANG itu air terjun 'Niagara Mini' dari Indonesia tampak  menjulang indah. Setelah melalui akses jalan yang cukup  sulit untuk mencapainya, sajian deru airnya yang jatuh  mengalir sukses melepas lelah dan memberikan kenyamanan.  Tidak ketinggalan suguhan suasana mistis yang masih sangat  kentara.

Terletak di kawasan Kabupaten Bandung Barat, air terjun  yang dikenal dengan nama Curug Malela ini sebenarnya tidak  hanya sekedar menyajikan wisata panorama alam. Melainkan  juga potensi olahraga ekstrim atau high risk sport untuk  dieksplorasi.


Akhir Desember 2015 kami melakukan eksplorasi di Curug  Malela. Curug ini dapat di katagorikan grade empat apabila  di klasifikasikan seperti pada arung jeram. Curah hujan  yang tengah tinggi membuat debit air meningkat dan  derasnya arus cukup berbahaya jika kita mencoba berenang  di bawahnya tanpa pengaman.

Lebar sungai berkisar antara 35-40 meter dengan  dikelilingi bukit dan tebing dengan ketinggian lebih dari  100 meter di sekitarnya. Batuan yang terdapat di  sekelilingnya maupun di tengah sungai merupakan batuan  andesit purba, yang dibentuk dari bentangan kalsit dan  cadas yang terbawa arus air.

Siang itu MAHACITA UPI mencoba melakukan Canyoning di  Curug Malela. Bermodalkan dua karnmantle masing-masing  berukuran panjang 50 m dan 17 meter, satu set alat Single  Rope Technique (SRT), figure of eight, pelampung, helm,  serta beberapa alat tambahan lainnya.

Akses menuju titik atas curug membutuhkan waktu  tempuh 15  menit dengan jalur curam hampir mirip jalur menuruni G.  Burangrang (jalur Tamiya). Di atas curug ternyata sangat  sulit mendapatkan titik tambatan, hanya terdapat dua  lubang tembus (bernilai emas dan perak) di ujung batu  andesit. Adapun panjang batu tersebut + 35 meter membelah  sungai.

Jarak dari tambatan ke bibir atas air terjun kurang lebih  25 meter.Sedangkan ketinggian tebing air terjun tersebut  sekitar 60 meter.



Sayangnya panjang dua karnmantle yang kami bawa rupanya  tidak memadai. Bahkan tidak sampai  pada titik jatuhnya  air/ permukaan air terjun, yang menggumpal membentuk hall  dan undercut. Untuk dapat sampai ke permukaan masih  membutuhkan + 15 meter panjangnya tali ke dasar air  terjun.

Meski begitu tidak menyurutkan semangat tim untuk dapat  menuruni air terjun tersebut. Di tengah suara gemuruh air  menggelagar di kanan dan kiri telinga mencoba menggoyahkan  mental, salah satu anggota tim berhasil turun sampai teras  pertama muka tebing.



Setelah itu bergegas naik lagi, karena tidak dapat  mencapai finish ke permukaan titik jatuhnya air. Selain  kurangnya peralatan, pertimbangan cuaca yang mulai mendung  di langit arah hulu sungai dikhawatirkan akan  mengakibatkan banjir bandang.

Sebenarnya menurut warga jika kita meneruskan sampai  kehilir sungai masih ada tujuh curug lagi yang bisa di  explorasi. Namun akses untuk menuju kesana sangat sulit  untuk bisa dilalui. Karena ekosistem di sekitar Curug  Malela memang masih sangat alami dan sangat rapat sekali.  Banyak tumbuhan merambat, pohon besar, perkebunan warga,  bahkan di sekitar curug masih terdapat lutung yang  bergelantungan di atas pohon.




DEFINISI CANYONING

Tidak banyak tulisan yang menerangkan tentang aktifitas  CANYONING di mesin pencari internet. Tapi pada  pengaplikasiannya sudah barang tentu para penjelajah alam  bebas tidak sedikit yang pernah mencobanya.

Di Indonesia ada beberapa blog dan web yang mencoba meraba  kegiatan ini hasil dari training masing-masing di wilahnya  sendiri. Contohnya di Bali, Purwerejo, Batu raden  Purwekerto, Sukabumi di Buniayu serta banyak tempat  lainnya yang dikembangkan untuk Pariwisata dan High risk  sport.

Di luar negeri aktifitas ini biasanya satu paket pada  teknik penelusuran Goa/caving.  Namun pada kenyataannya  aktifitas ini mulai di kenal dan di kembangkan sekitar  tahun 1999-sampai sekarang (Noris ave  : 2014  www.Atsadventurworks). Dipadukan dengan teknik dari rock  climbing, mounteneering serta teknik-teknik renang dari  rafting.

Lantas apa sebenarnya definsi yang tepat untuk kegiatan  ini. Banyak yang mengartikan bahwa canyoning ini adalah  penelusuran sungai. Kalaupun demikian kegiatan ini sudah  bisa di cover oleh rafting, kalau berbicara teknik turun  dan naik, kegiatan ini sudah di handlle oleh rock climbing  dan Caving.

Bahkan seorang Dan Osman telah melakukan pemanjatan pada  air terjun Eggle falls. Beitupun Para penelusur goa,  sering melakukan hal ini di dalam goa. Di kebumen Goa  Barat banyak di temukan air terjun. Banyak para caver  menyebutnya dengan julukan supermen big sister. Karena  ketika mengexplorasinya harus menjelajahi jalur upstream  dan kemudian downstream dengan menuruni air terjun untuk  kembali ke mulut.

Lantas apa sebetulnya yang menjadi baru dalam kegiatan ini  kalau hanya menyempal satu kegiatan saja dari paketan  kegiatan lainnya.

Dilihat dari pengembangan metode, gaya, serta teknik yang  di lakukan oleh para Canyoneer, kegiatan menelusuri air  tejun dengan lebar sungai yang tidak terlalu besar bahkan  sempit sekitar 1-5 m ini, mulai merebak di kawasan  Amerika. Berawal dari banyaknya orang yang melakukan trip  Abseiling/rappelling di Grand Canyon mulai sekitar tahun  2000. Kemudian memasuki 2009, banyak sekali para petualang  muda mencoba mengeksplorasi di jalur-jalur sempit yang  ketika hujan menjadi sebuah saluran air terjun.

Sampai saat ini Canyoning di Amerika bahkan di wilayah  Benua lainnya menjadi sebuah kegiatan trip wisata alam  (high risk sport), tapi ada juga yang melakukan  penelitian. Baik itu untuk meneliti rekahan alam  (crak/sesar/patahan), jenis batuan, jalur air dinamis  statis (musiman atau tidak), pemetaan sungai, ekosistem,  Vegetasi, Flora fauna, kelembaban udara, dan lainnya  sehingga dapat di manfaatkan untuk kepentingan manusia.

Bahkan  CUSA (canyoneering USA) membuat suatu Metode dan  alat khusus diciptakan untuk kegiatan ini. Dari mulai  penutup kepala sampai kaki beserta alat descending,  ascending, Karnmantel, Carrabiner dan peralatan penunjang  lainnya sengaja mereka buat dan kembangkan untuk kegiatan  ini. Selain CUSA, Adidas merek sebuah sepatu terkenalpun  melirik kegiatan ini. Dengan mengadakan expedisi Extreme  Canyoning (https://youtube.com/watch?v=fd_-j6TSDWk),  Adidas mensponsori satu kegiatan Canyoning di beberapa  tempat dengan tujuan marketing produk adidas dan  mempopulerkan olahraga extreme jenis baru (dalam  penyebutan merk tidak bermaksud promosi hanya sebatas  pengetahuan saja).

Berbagai jenis Kegiatan kepetualangan untuk mengexplorasi  dunia seyogyanya telah  berkembang, tidak akan mati pada  satu Metoda dan tekhnik saja seiring dengan majunya  teknologi dan perkembangan zaman. Begitupun dengan teknik  dan metode Canyoning, yang bisa didefinisikan sebagai  explorasi air terjun yang dilakukan di sungai yang lebar  atau sempit, bertujuan untuk keperluan olahraga ekstrim  (high risk sport), maupun untuk kepentingan ilmiah  (education).

EVOLUSI KEPETUALANGAN

MAHACITA UPI sebenarnya telah melakukan evolusi  kepetualangan CANYONING ini pada 2003 silam. Dengan  mencoba memanjat tebing curug tujuh di kawasan Panjalu,  Tasikmalaya.

Pemanjatan tersebut telah di muat dalam buletin Mahacita  dengan judul “menebar Phyton di Curug tujuh”. Mungkin saat  itu istilah metode Canyoning masih terasa asing. Namun  pada prakteknya, kegiatan pemanjatan di medan yang berbeda  yakni tebing air terjun sudah dilakukan.

Yang jelas pemanjatan di tebing Curug Tujuh saat itu telah  memberikan suatu evolusi kepetualangan yang baru. Karena  melakukan eksplorasi di tebing yang berair merupakan salah  satu konsep dasar Canyoning yang memandang air terjun  sebagai media.

MAHACITA UPI juga pernah melakukan eksplorasi Canyoning  lainnya pada 2012 lalu di Curug Bibijilan, kawasan karst  Buniayu, oleh Tim eksplorasi goa untuk TWKM XXIV MAHACITA  UPI.

Curug Bibijilan tersebut terbentuk di atas bukit karst  pembuangan dari system pergoaan di Buniayu. Memiliki  ketinggian sekitar 40 meter, dengan kemiringan curug  sekitar 65 derajat. Air terjun tersebut dapat  dikategorikan grade dua, dan Canyoning dapat dilakukan  dengan memakai alat descending non autostop (bobin)/figure  eight dan memakai pelampung.

Debit air di Curug Bibijilan tidak terlalu deras, meskipun  lebar sungainya sangat sempit yakni sekitar 8 meter. Namun  aman untuk di lalui dengan tali dan peralatan descending  lainnya.

Untuk memasang tambatan tidak terlalu susah, banyak sekali  media di atas curug yang dapat dipilih untuk dijadikan  anchor bernilai emas. Titik anchor pun tidak jauh dari  bibir atas curug, yakni sekitar 2-3 meter sehingga  efektifitas alat dapat di maksimalkan.

Selain sebagai kawasan eco-wisata, air dari curug ini  dimanfaatkan warga untuk di tampung dalam sebuah bak  penampungan. Menggunakan pompa hidrolik otomatis tanpa  bantuan listrik dan Pam penyedot air. Menurut warga  sekitar, Pompa air ini sudah ada sejak zaman Belanda.
Batuan yang mendasari  sungai di curug ini adalah batuan  karst muda yang masih hidup. Mungkin utuk 50 taun atau  satu abad ke depan, masih ada perubahan secara eksokarst.  Hal ini bisa terjadi andai saja tidak ada campur tangan  manusia untuk merusaknya.

Deru perkembangan Canyoning saat ini menjadi rangsangan  baru bagi dunia kepetualangan. Tidak hanya sebagai evolusi  arena olahraga ekstrim yag baru, melainkan juga bisa  dikombinasikan dengan kegiatan ilmiah ataupun sarana  edukasi.

Apalagi mengingat Potensi besar Jawa barat terletak pada  medan berbukit, gunung yang tidak terlalu tinggi, dan  pegunungan berbatu yang terbatas. Kita hanya disuguhkan  oleh hutan-hutan dengan sungai kecil di atas permukaan  tanah tidak rata yang membelah di dalamnya. Sehingga  banyak sekali air terjun yang terbentuk dan mengalir indah  di sela-selanya.

Canyoning dapat di terapkan dalam memperbanyak  gagasan, ide, pengalaman, dan pembelajaran untuk menopang  kehidupan kepencintalaman. Apalagi dari konsep lingkungan  hidup yang memang sedang di gemborkan saat ini.
Media bermain kepetualangan tidaklah harus mahal,  Jauh, dan terkenal. Karena masih banyak media bermain  lainnya yang belum tersentuh dan terpelopori khususnya di  tingkat lokal.

Mari kita berjuang demi meningkatkan kapasitas dan kualitas diri yang berdampak baik pada keluarga, sahabat, organisasi, bangsa, dan Negara. Mari kita menjaga hijaunya hutan, Menjaga bening mata air, dan semoga selamatlah  seisi bumi dan semesta alam.

"Dan Allah telah menjadikan Bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu" (Qs An-Nuh : 19-20). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar