Laman

Sabtu, 09 Januari 2016

BU DIAH, PELOPOR ARUNG JERAM PUTRI

Oleh : Siska Nirmala (MC 24.275.06 SDS)

sumber foto : dokumentasi Bu Diah
Permasalahan gender tidak menjadi penghalang bagi perempuan untuk bisa beraktifitas dalam olahraga arung jeram yang merupakan salah satu jenis olahraga ekstrim. Hal ini dibuktikan oleh Sabandia Ahmad (38). Eksistensinya dalam olahraga arus deras itu bahkan sudah digelutinya sejak 20 tahun yang silam.

Pada awalnya wanita yang akrab disapa Diah itu menyukai olahraga mendaki gunung dan memanjat tebing. Semasa kuliah, Diah bergabung dengan MAHACITA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 1993 silam. Kemudian pada tahun 1995, ia mengikuti latihan gabungan arung jeram pecinta alam sebandung raya di Sungai Citarik. Dari sana ketertarikannya terhadap Arung Jeram mulai terpupuk.


"Kalau bicara resiko, semua olahraga ada resikonya. Tapi kenapa arung jeram, karena saya merasa lebih fun di air," ujar wanita kleahiran Ternate, 23 September 1973 itu. Saat ini Diah adalah salah satu skipper -istilah kapten/pemandu dalam arung jeram- yang dimiliki Yayasan kapinis Indonesia.




Kemampuan Diah dalam menguasai jeram-jeram berbahaya bisa dibilang diperolehnya secara otodidak. Sebelum dipercaya menjadi skipper, ia terlebih dulu menjadi pendayung. Kejuaraan pertama yang diikutinya yaitu Kejuaraan Nasional Arung Jeram kategori kelas puteri sungai citarum pada 2001. Saat itu bersama tim ia langsung berhasil merengguk juara I untuk nomor slalom.

Dia pertama kali menjadi skipper pada tahun 2004 saat ditunjuk untuk memimpin tim Kapinis Putri pada Liga Arung Jeram Sungai Citarum. "pertama kali deg-degan. Takut salah bawa, penumpang (pendayung-red) di perahu jatuh. Karena tanggung jawab saya adalah penumpang lain yang ada di perahu," tuturnya mengenang.

Diah bisa disebut sebagai salah satu wanita pelopor dalam arung jeram. Mengingat saat itu tidak cukup banyak perempuan yang berkecimpung dalam olahraga arus liar. "Kalau dulu susah nemu rafter perempuan. makanya di kejuaraan jarang ada kategori putri. Tapi sekarang sudah cukup banyak bermunculan rafter-rafter perempuan, meskipun tidak sebanyak laki-laki," tuturnya.

Jangan tanya sungai mana saja yang pernah diarunginya. Diah sudah menjumpai jeram-jeram di hampir seluruh sungai yang ada di Indonesia. Diantaranya adalah Sungai Citarum Kab.Bandung Barat, Sungai Cisangkuy Banjaran Bandung, Sungai Palayangan Bandung, Sungai Cisokan Kab.Cianjur, Sungai Cicatih Sukabumi, Sungai Citarik Sukabumi, Sungai Cimandiri Sukabumi, Sungai Cimanuk Wado Sumedang, Sungai Cimanuk Garut, Sungai Cikandang Garut, Sungai Citanduy Tasikmalaya, Sungai Cisadane Bogor, Sungai Ciberang Banten, Sungai Progo Jawa Tengah, Sungai Elo, Sungai Serayu JaTeng, Sungai Pekalen, Sungai Musi Rawas Jambi, hingga Sungai Muara Enim Palembang.

Berbagai prestasi sudah dikantonginya. Salah satu yang menjadi kebanggaannya adalah saat mewakili Indonesia pada kejuaraan Australia Asian di sungai Elo & Progo Jawa Tengah. Pada kategori kelas puteri timnya meraih juara umum I (juara 1 slalom, juara 1 sprint, juara 1 head to head, dan juara 1 down river).


Sebagai seorang wanita, Diah juga sebenarnya mengaku memiliki rasa takut saat harus memimpin tim di atas perahu dan mengarungi derasnya sungai. "Takut itu manusiawi. Tapi takutnya karena saya bawa orang lain. Jadi kadar takutnya 30 persen aja. Kadar takutnya tidak mengalahkan keberanian," ujarnya tersenyum.

Pengarungannya di sungai juga terkadang tidak selalu mulus. Beberapa kali ia mengalami kejadian seperti perahu terbalik, terlempar dari perahu, tangan dan kaki terkilir, terdampar di atas batu yang dikelilingi derasnya arus sungai, atau bahkan tersedot hole -arus balik/arus putar dalam air yang membuat tubuh tenggelam dan sedikit sulit untuk keluar ke permukaan air.

Namun kejadian tersebut tidak lantas membuatnya trauma dan berhenti untuk terus berarung jeram. Latihan, keinginan kuat, keberanian, dan juga kemampuan teknik menjadi modal utamanya untuk terus berprestasi dalam arung jeram. "Arung jeram tidak membatasi umur. Selama masih ada sungai yang ada airnya saya akan main arung jeram terus," tuturnya penuh senyum.

Diah adalah salah satu contoh anggota MAHACITA UPI yang berprestasi dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Prestasi yang ditorehkannya dengan penuh perjuangan dan kerja keras patut menjadi teladan bagi kita untuk tidak mengenal lelah dalam berjuang menorehkan prestasi dan kontribusi positif bagi organisasi. ***

7 komentar:

  1. Bravo arung jeram, bravo bu diah, bravo pa opik.. hehehhehe

    BalasHapus
  2. Bravo arung jeram, bravo bu diah, bravo pa opik.. hehehhehe

    BalasHapus
  3. W O W....master plus maestro arjer kawakan kebanggan indonesia...kudu d apresiasi ma pemerintah ini mah..

    BalasHapus
  4. Prestasi yang belum bisa terlampaui....

    BalasHapus
  5. Prestasi yang belum bisa terlampaui....

    BalasHapus