Laman

Sabtu, 12 Maret 2016

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH MAHACITA UPI

Bagaimana Kamu Memperlakukan Sampah?

Teks Oleh : Insan Tsabita (MC 34.327.15 CKD)
Foto Oleh : Adi Pradipta  ((MC 34.320.14 GBR)


Anggota MAHACITA UPI sedang mencoba mesin pencacah
Sampah ada, tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Begitu dikatakan Ibu Siska Nirmala (MC 24.275.06 SDS) atau yang akrab disapa Pieta pada pelatihan Pengelolaan Sampah MAHACITA UPI hari ini, Sabtu 12 Maret 2016, dalam pelatihan pengelolaan sampah. Pelatihan yang merupakan salah satu rangkaian acara dalam menyambut 39 tahun MAHACITA UPI ini dihadiri oleh anggota MAHACITA dengan pemateri Siska Nirmala (Anggota Mahacita, yang juga Founder Zero Waste Adventure), dan Pak Andi (Staff Biro Aset UPI).

Permasalahan sampah yang terjadi di lingkungan, pada dasarnya berasal dari diri sendiri. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup, 60% sampah yang ada di lingkungan merupakan sampah organik. Padahal sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai dengan sendirinya apabila kondisi lingkungannya memungkinkan. Sayangnya masih banyak orang-orang yang salah dalam memperlakukan sampah. Salah satunya ialah sampah organik yang masih bercampur dengan sampah anorganik. Hal tersebut menjadikan sampah organik tidak dapat terurai dengan sempurna, yang kemudian menimbulkan masalah baru.




Group Discussion Pengelolaan Sampah

Sebagai Mahasiswa Pencinta Alam, MAHACITA UPI ingin mencoba mengubah paradigma mengenai sampah. Dalam pelatihan ini, anggota MAHACITA UPI diberikan pengetahuan bagaimana mengelola sampah dengan baik, dari memilah sampah, memanfaatkan kembali barang-barang tak terpakai, mengkompos sampah serta langkah-langkah dasar untuk memulai hidup dengan meminimalisir sampah.

Disinilah kami belajar, bagaimana mengelola barang-barang maupun bahan makanan yang dianggap sudah tidak terpakai menjadi masih dapat dipakai dan tentunya bermanfaat. Dengan sentuhan kreatifitas, barang-barang yang 'sudah tidak terpakai' dapat diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat dan tidak menjadi sampah. Dengan begitu kita dapat mengurangi produksi sampah.

Sementara itu sampah organik harus dipisahkan dari sampah anorganik. Kemudian Sampah organik  diproses menjadi kompos yang nantinya dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan tanaman.

Presentasi setelah group discussion

Setelah materi mengenai pengelolaan sampah oleh Ibu Pieta, pelatihan dilanjutkan dengan materi pembuatan kompos oleh Pak Andi. Dalam materi oleh Pak Andi, kami diajarkan menggunakan mesin pencacah yang berfungsi mempekecil volume sampah organik sehingga dapat terurai lebih cepat. Sampah organik yang telah dicacah dapat diolah menjadi kompos. Selain itu, sampah organik dapat diproses menjadi biogas. UPI memiliki alat khusus untuk membuat biogas. Hasil pemilahan sampah organik yang dilakukan MAHACITA UPI, dapat diteruskan menjadi biogas dengan memanfaatkan alat tersebut.

Pak Andi saat menjelaskan penggunaan mesin pencacah sampah



Mencacah Kulit Semangka

Mencacah Rumput

Hasil cacahan mesin mempermudah proses pengomposan sampah organik


Lalu, bagaimana cara untuk meminimalisisr sampah? Kita dapat mengurangi penggunaan barang-barang yang berpotensi menghasilkan sampah. Seperti misalnya mengurangi penggunaan kantong plastik. Hal ini pula yang dilakukan panitia ulang tahun MAHACITA UPI dalam mempersiapkan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah. Kami menyiapkan konsumsi makanan yang minim sampah.

Dimulai dengan saat belanja mempersiapkan kebutuhan konsumsi pelatihan. Anggota MAHACITA yakni Ayu dan Galuh menggunakan kantong kain saat berbelanja. Konsumsi yang disediakan juga dipilih yakni makanan yang tidak menghasilkan banyak sampah seperti sayur-sayuran dan bahan makanan lainnya yang tidak menggunakan kemasan.

Belanja konsumsi pelatihan dengan kantong kain

Selama materi berlangsung, panitia juga menyediakan makanan ringan berupa buah-buahan yaitu semangka dan juga apel. Buah-buahan dipilih karena tidak menghasilkan sampah anorganik, dan kulitnya dapat dimanfaatkan untuk dikompos.

Konsumsi ramah lingkungan, buah-buahan
Kulit buah semangka dikumpulkan untuk kemudian dicacah dan dikompos

Liwet nasi merah, dengan alas daun pisang

Pelatihan kemudian diakhiri dengan makan bersama, dengan menggunakan daun pisang sebagai alasnya. Penggunaan daun pisang lebih baik, dibandingkan kertas nasi.  Mari memulai perubahan dari langkah kecil, dari diri sendiri, dari sekarang. ***

2 komentar: