Laman

Rabu, 02 November 2016

Aki, Rolling Stones, dan Identitas

Oleh : Rahmat 'Rago' Hidayatullah (MC 30.311.13 BJP)

Kuspujo Utomo. (Foto :Dok. Mahacita UPI)
Langit yang cerah seketika berganti awan gelap. Rintik hujan terurai perlahan ke bumi memeluk tanah yang menjadi berubah warna. Entah kenapa hujan kali ini terasa berbeda dengan hujan yang lain, seakan menjadi sebuah pertanda.

Gemuruh suara petir beradu dengan gemuruh bising mesin diantara hujan. Kabar yang tak dapat dipercaya menyebar ke seluruh penjuru negeri, setelah kaum adam selesai berkumpul dan memanjatkan doa siang ini. Kabar yang membuat diri tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Tak percaya dengan apa yang baru didapat saat ini. Rona wajah penuh kesedihan menjadi jawaban sikap dari para pendengar kabar. Salah satu dari sekian banyak akar yang tetap menjaga keberadaanya dalam sirkulasi lingkaran tahun, harus lepas tanpa meninggalkan tanda.

Akar terkuat pohon kami melepaskan genggamannya pada waktu yang tidak kami kira ...

Kuspujo Utomo, anggota MAHACITA UPI angkatan pelopor, menutup usia di angka enam puluh tiga tahun. Aki Pujo, akrab dia disapa, menanggalkan banyak cerita dan juga kenangan pada masing-masing anggota Mahacita yang sejauh ini jumlahnya telah mencapai 328 anggota.


Sifat air yang dimilikinya, membuatnya selalu mampu menempati berbagai ruang. Keahlian mencairkan suasana yang beliau punya, mampu menghadirkan komunikasi dua arah yang kerap menghadirkan tawa. Pergerakan arus tubuhnya dalam keadaan yang diterima dengan mengikuti aliran, membuatnya tetap bisa bertahan dalam ruangan dengan tenang dan terus bergerak. Namun sifat air juga memiliki daya tahan dalam setiap ruangan.

Aki Pujo dikenal dengan karakternya yang nyentrik. Ini membuatnya mudah diingat oleh siapapun. Siapa tidak ingat pada topi, jaket jeans, celana jeans, dan sepatu kulit berujung lancip menjadi gaya berbusana yang disukainya untuk  menampilkan dirinya kepada dunia. Penampilannya menginduk pada grup band The Rolling Stones yang memang begitu disukainya.

Aki Pujo saat menyematkan syal Anggota Kehormatan
Beliau telah menjadi kakek, ayah, kakak, sahabat, teman dan juga guru bagi kami. Untuk hal konsistensi kurasa semua orang mengakui bahwa beliau adalah penghuni tetap tempat ini, MAHACITA UPI. Beliaulah satu-satunya pengamat perkembangan kami dalam keberlangsungan hidup organisasi hingga hampir memasuki 4 dekade.

Kita tahu bahwa beliau sudah melakukan sesuatu untuk tempat ini dengan caranya sendiri. Namun memang tidak bisa dipungkiri, dari setiap karakter manusia selalu menciptakan berbagai pandangan untuk manusia lain. Hal yang lumrah dalam kehidupan bersosial yang merasa bisa menilai orang lain yang membuat perbedaan penerimaan pada masing-masing orang.

Aki Pujo yang adalah ayah dari dua orang putri itu, menjadi saluran penghubung utama kami satu sama lain. Penghubung antara generasi kakek dengan generasi ayah, generasi ayah dengan generasi anak, begitu pula sebaliknya. Hanya yang kita tahu bahwa penghubung kami mulai berkurang dengan perlahan namun pasti.

Entah tiga puluh Sembilan tahun yang lalu beliau dan kengkawannya mendirikan tempat ini untuk apa menurut mereka. Bahwa dari inti cerita sejarahnya waktu itu tempat ini adalah tempat untuk melepaskan kejenuhan dari rutinitas perkuliahan. Jelas satu hal yang kami dapat dari kalian adalah kami dibentuk untuk menjadi sebuah keluarga yang dapat saling menerima satu sama lain ditempat ini dengan berbagai latar belakang dan karakter yang berbeda. Terima kasih.

Aki Pujo saat menjadi pemateri dalam kegiatan Diklatsar
Setengah waktu hidup beliau yang dihabiskan di tempat ini mencatatkan dirinya menjadi seorang legenda. Cerita dirinya terkait dengan rangkaian sejarah tempat ini yang harus kami ceritakan dimasa yang akan datang kepada para pendatang baru tempat ini. Sampai saat ini aku kira semua yang tinggal disini atau yang hanya sekedar singgah pasti mengenal beliau.

Mendengar ceritanya dari dirinya sendiri dan orang orang sebelumku yang tahu tentang dirinya, sedikit banyaknya membuatku mempunyai sudut pandangku tentang beliau. Satu hal yang kita sepakati bahwa beliau mempunyai sifat yang easy going dalam hal bersosialisasi yang bisa diterima kedalam semua golongan.

Entah akan jadi seperti apa tempat ini tanpa kehadirannya. Kehilangan sosok yang cukup sentral seperti beliau membuat kesadaran kami terbagi akan menjadi dua pilihan. Pertama, kami akan saling sibuk dengan kehidupan kami masing-masing karena sudah tiadanya kehadiranmu. Dan kedua, kami makin saling mengikat satu sama lain karena merasa bertanggung jawab akan tempat ini selepas kepergianmu.

Terima kasih untuk semua yang telah diberikan olehmu kepada kami dan juga tempat ini. Tenanglah dirimu dalam keadaan damai. Maafkan kami ketika tidak selalu mendengarkan kritik dan saran darimu. Kami melepasmu dengan perasaan bangga. Dan tetap doakan kami untuk bisa tetap seiya, sekata,sehati, setujuan dalam tempat ini. Doa kami mengiringi dalam perjalanan baru kehidupanmu. Jasamu tak akan pernah kami lupakan.

Suasana Pemakaman Aki Pujo
Selamat jalan, Aki ... semoga kami bisa untuk saling memilih pilihan yang kedua untuk bisa saling mengikat. Bukan untuk dirimu kami melakukannya, melainkan sebagai ucapan terima kasih kepada organisasi ini yang telah banyak memberikan pelajaran berharga terhadap sebuah rasa kebanggaan akan tempat tumbuh dan berkembang.

Nilai kebanggaan terhadap organisasi menjadi salah satu pesan yang dirimu tinggalkan. Sebagaimana di hari terakhirmu menghembuskan napas, kau tetap bangga mengenakan identitas MAHACITA UPI ketika meninggalkan dunia.

*Ditulis untuk mengenang 40 hari sepeninggal sang legenda

2 komentar:

  1. aaah aki... andai waktu bisa diulang, ingin lebih lama bercengkrama di dalam ruang dan waktu yg tak berbatas... CU legend!

    BalasHapus
  2. aaah aki... andai waktu bisa diulang, ingin lebih lama bercengkrama di dalam ruang dan waktu yg tak berbatas... CU legend!

    BalasHapus