Laman

Jumat, 13 Mei 2016

SISIHKAN PAHAM TUA

Oleh : Aditya Anugrah Dwi Pratama (MC 34.325.15 CKD)

Ini bukanlah propaganda…
Menulis adalah melawan…


Brand Image Mahasiswa Pencinta Alam saat ini masih mengkhawatirkan. Anak Mapala masih erat dikaitkan dengan sosok seenaknya, sekretariat yang kumuh, kotor, tidak rapih, tidak tertib, dan tidak mau bersosialisasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lain.

Secara organisasi, Mahasiswa pencinta alam juga dinilai hanya sekedar melakukan aktifitas mendaki gunung, menyusuri goa, memanjat tebing dan mengarungi jeram. Sempitnya jati diri Mahasiswa pencinta Alam ini dipengaruhi belum adanya kontribusi signifikan mereka yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Hal ini mengemuka dalam gelaran Seminar Nasional Gladian DIY pada Minggu 8 Mei 2016 lalu dengan topik “Pencinta Alam Masih adakah?”. 





Kondisi brand image Mahasiswa Pencinta Alam yang digambarkan di atas memang realita yang tidak bisa dihindari. Organisasi Pencinta Alam sudah lama ada di negeri ini terutama pada era orde lama kala itu, malahan semakin lama semakin menjamur. Bahkan di era ini banyak bermunculan Pencinta Alam “karbitan” yang hanya mencari foto sana sini demi eksistensi, tapi saya tidak akan membahas masalah tersebut.

Setidaknya ada ratusan organisasi pencinta alam yang tersebar di negeri ini. Pertanyaannya apakah orang-orang yang ada didalam Organisasi Pencinta Alam itu paham akan kedudukannya sebagai Anggota Pencinta Alam?

Pencetus Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) mahasiswa pencinta alam se- Indonesia, Zamry Khusaini atau akrab disapa Mak Aby mengatakan semua orang sebenarnya adalah pencinta alam, karena merupakan bagian dari alam. "hanya saja, perilaku dan sikapnya saja yang berbeda-beda," katanya ketika berbicara sebagai narasumber dalam Seminar Nasional Gladian DIY, 8 Mei 2016.


Bersama pencetus TWKM, Mak Aby (Tengah)
Beliau juga menyinggung mengenai organisasi pencinta alam di kalangan mahasiswa. Ia setuju bahwa memang kontribusi nyata dari organisasi pencinta alam di kalangan mahasiswa belum begitu signifikan. "jangankan untuk berkontribusi untuk masyarakat. Untuk mencintai dirinya sendiri juga sulit” tutur Mak Aby.

Dalam pandangan saya, stigma negatif yang terlanjur melekat pada Mahasiswa Pencinta Alam dikarenakan belum pahamnya anggota organisasi tersebut akan hakikat pencinta alam. Belum signifikannya kontribusi juga ditambah dengan kecenderungan masyarakat yang menginginkan hasil yang nyata dan segera.

Melahirkan Tokoh

Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam sebenarnya dapat menjadi wadah yang positif dalam melahirkan tokoh-tokoh pemimpin yang berkarakter. Pendidikan pembentukan karakter dalam kegiatan berpetualang mampu membentuk sosok berkarakter sebut saja Presiden Joko Widodo, yang merupakan anggota mapala silvagama UGM. Kemudian Gurbernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (mapala majesti UGM).

Selain itu Wakil Bupati Temanggung Irawan Budianto (Mapagama UGM). Irawan mengatakan mayoritas anggota organisasi pencinta alam ketika terjun di masyarakat lebih menonjol dibandingkan yang lain.

"Meskipun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Namun, berbanggalah kalian orang-orang yang telah masuk organisasi pencinta alam," katanya.

Terkait, lagi-lagi, brand image anggota Mapala yang kerap menghabiskan masa studi perkuliahan yang lama, menurut dia lamanya studi kuliah belum tentu berpengaruh terhadap kesuksesan. Irawan bahkan mengaku menyelesaikan kuliahnya selama delapan tahun sebelum akhirnya kini menjadi wakil Bupati Temanggung. "suksesnya sebuah organisasi bisa dilihat dari komunikasi, kebersamaan dan kekompakan," tuturnya.

Hal senada diutarakan Cahyo Alkantana. Ia merupakan anggota Palawa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), yang kini dikenal sebagai seorang Underwater and Wildlife Cinematographer. Cahyo juga merupakan Staf ahli menteri pariwisata bidang percepatan pengembangan wisata petualangan.

Tapi meskipun dapat menjadi wadah yang membentuk karakter seorang tokoh, menurut Cahyo kendala yang dihadapi sebuah organisasi pencinta alam adalah adanya  dinamika internal yang rumit.

“organisasi pencinta alam itu menghadirkan dinamika yang rumit. Karena kebanyakan sistem keanggotaannya seumur hidup, wajar saja jika selalu ada intervensi dari anggota yang lebih senior. Kuncinya, satu orang yang sedang menjadi pngurus di organisasi tersebut harus percaya diri berani mengambil keputusan, mumpung dikasih waktu untuk manggung bagian yang muda yang manggung," tuturnya.


Cahyo memaparkan ada dua tipe anggota dalam organisasi pencinta alam. yang pertama orang-orang yang suka mabuk dan hura-hura. Hidupnya cenderung bebas.

Tipe yang kedua, kebalikan dari orang yang pertama. Tipe ini adalah orang pemikir keras, fighter, memikirkan masa depan organisasi. entah kenapa dinamika ini sudah ada sejak dulu.

Kondisi Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam yang penuh dinamika, kini juga dihadapkan dengan tantangan masa kini. Pembicara keempat dalam Seminar Nasional Gladian DIY Ahmad Zamroni melihat kecenderungan kaderisasi regenerasi tiap organisasi masing-masing terhitung rata-rata kurang dari 10 orang.

"ini artinya organisasi pencinta alam harus menyesuaikan dengan zaman terutama dalam proses kaderisasinya atau dengan kata lain dibikin kekinian terutama dalam penglolaan media publikasinya," ujar pria yang merupakan anggota Gegama UGM, yang kini adalah Photo Editor Forbes Magazine Indonesia.

Pandangan ini sejatinya perlu membuka paradigma kita sebagai anggota Organisasi Pencinta Alam, bahwa percayalah generasi muda di setiap organisasi untuk berkarya. Sisihkan paham tua, mari berpikir out of the box. Ayo dukung terus.

GLADIAN DIY


Suasana Seminar Nasional Gladian DIY, 8 Mei 2016

Sekilas mengenai Gladian DIY, Gladian berasal dari kata ‘gladi’, bahasa jawa yang berarti ‘latihan’. Gladian DIY diselenggarakan oleh Sekertariat Bersama perhimpunan Pencinta Alam Daerah Istimewa Yogyakarta (SEKBER PPA DIY), yang merupakan forum bagi Organisasi Pencita Alam (OPA) se-DIY yang sudah ada sejak tahun 1997.

Gladian ini juga terisi dari berbagai macam rangkaian mulai dari seminar nasional, Simulasi lapangangan dan yang terakhir adalah Forum gladian dan temu kangen Pecinta alam se-DIY.

Bagi saya acara semacam ini bukan hanya sekedar bisa bertemu dengan kawan-kawan dari Organisasi Pencinta Alam lain. Tapi yang jauh lebih penting dari kegiatan tersebut bisa membuka paradigma baru yang tentunya akan diaplikasikan di kehidupan sehari-hari maupun dalam Organisasi masing-masing. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar