Oleh : Anggi Jayadi (MC 29.309.12 MWH)
Foto : Dokumentasi Anggi Jayadi (MC 29.309.12 MWH) |
SIANG itu air terjun 'Niagara Mini' dari Indonesia tampak menjulang indah. Setelah melalui akses jalan yang cukup sulit untuk mencapainya, sajian deru airnya yang jatuh mengalir sukses melepas lelah dan memberikan kenyamanan. Tidak ketinggalan suguhan suasana mistis yang masih sangat kentara.
Terletak di kawasan Kabupaten Bandung Barat, air terjun yang dikenal dengan nama Curug Malela ini sebenarnya tidak hanya sekedar menyajikan wisata panorama alam. Melainkan juga potensi olahraga ekstrim atau high risk sport untuk dieksplorasi.
Akhir Desember 2015 kami melakukan eksplorasi di Curug Malela. Curug ini dapat di katagorikan grade empat apabila di klasifikasikan seperti pada arung jeram. Curah hujan yang tengah tinggi membuat debit air meningkat dan derasnya arus cukup berbahaya jika kita mencoba berenang di bawahnya tanpa pengaman.
Lebar sungai berkisar antara 35-40 meter dengan dikelilingi bukit dan tebing dengan ketinggian lebih dari 100 meter di sekitarnya. Batuan yang terdapat di sekelilingnya maupun di tengah sungai merupakan batuan andesit purba, yang dibentuk dari bentangan kalsit dan cadas yang terbawa arus air.
Siang itu MAHACITA UPI mencoba melakukan Canyoning di Curug Malela. Bermodalkan dua karnmantle masing-masing berukuran panjang 50 m dan 17 meter, satu set alat Single Rope Technique (SRT), figure of eight, pelampung, helm, serta beberapa alat tambahan lainnya.
Akses menuju titik atas curug membutuhkan waktu tempuh 15 menit dengan jalur curam hampir mirip jalur menuruni G. Burangrang (jalur Tamiya). Di atas curug ternyata sangat sulit mendapatkan titik tambatan, hanya terdapat dua lubang tembus (bernilai emas dan perak) di ujung batu andesit. Adapun panjang batu tersebut + 35 meter membelah sungai.
Jarak dari tambatan ke bibir atas air terjun kurang lebih 25 meter.Sedangkan ketinggian tebing air terjun tersebut sekitar 60 meter.
Sayangnya panjang dua karnmantle yang kami bawa rupanya tidak memadai. Bahkan tidak sampai pada titik jatuhnya air/ permukaan air terjun, yang menggumpal membentuk hall dan undercut. Untuk dapat sampai ke permukaan masih membutuhkan + 15 meter panjangnya tali ke dasar air terjun.
Meski begitu tidak menyurutkan semangat tim untuk dapat menuruni air terjun tersebut. Di tengah suara gemuruh air menggelagar di kanan dan kiri telinga mencoba menggoyahkan mental, salah satu anggota tim berhasil turun sampai teras pertama muka tebing.
Setelah itu bergegas naik lagi, karena tidak dapat mencapai finish ke permukaan titik jatuhnya air. Selain kurangnya peralatan, pertimbangan cuaca yang mulai mendung di langit arah hulu sungai dikhawatirkan akan mengakibatkan banjir bandang.
Sebenarnya menurut warga jika kita meneruskan sampai kehilir sungai masih ada tujuh curug lagi yang bisa di explorasi. Namun akses untuk menuju kesana sangat sulit untuk bisa dilalui. Karena ekosistem di sekitar Curug Malela memang masih sangat alami dan sangat rapat sekali. Banyak tumbuhan merambat, pohon besar, perkebunan warga, bahkan di sekitar curug masih terdapat lutung yang bergelantungan di atas pohon.
DEFINISI CANYONING
Tidak banyak tulisan yang menerangkan tentang aktifitas CANYONING di mesin pencari internet. Tapi pada pengaplikasiannya sudah barang tentu para penjelajah alam bebas tidak sedikit yang pernah mencobanya.
Di Indonesia ada beberapa blog dan web yang mencoba meraba kegiatan ini hasil dari training masing-masing di wilahnya sendiri. Contohnya di Bali, Purwerejo, Batu raden Purwekerto, Sukabumi di Buniayu serta banyak tempat lainnya yang dikembangkan untuk Pariwisata dan High risk sport.
Di luar negeri aktifitas ini biasanya satu paket pada teknik penelusuran Goa/caving. Namun pada kenyataannya aktifitas ini mulai di kenal dan di kembangkan sekitar tahun 1999-sampai sekarang (Noris ave : 2014 www.Atsadventurworks). Dipadukan dengan teknik dari rock climbing, mounteneering serta teknik-teknik renang dari rafting.
Lantas apa sebenarnya definsi yang tepat untuk kegiatan ini. Banyak yang mengartikan bahwa canyoning ini adalah penelusuran sungai. Kalaupun demikian kegiatan ini sudah bisa di cover oleh rafting, kalau berbicara teknik turun dan naik, kegiatan ini sudah di handlle oleh rock climbing dan Caving.
Bahkan seorang Dan Osman telah melakukan pemanjatan pada air terjun Eggle falls. Beitupun Para penelusur goa, sering melakukan hal ini di dalam goa. Di kebumen Goa Barat banyak di temukan air terjun. Banyak para caver menyebutnya dengan julukan supermen big sister. Karena ketika mengexplorasinya harus menjelajahi jalur upstream dan kemudian downstream dengan menuruni air terjun untuk kembali ke mulut.
Lantas apa sebetulnya yang menjadi baru dalam kegiatan ini kalau hanya menyempal satu kegiatan saja dari paketan kegiatan lainnya.
Dilihat dari pengembangan metode, gaya, serta teknik yang di lakukan oleh para Canyoneer, kegiatan menelusuri air tejun dengan lebar sungai yang tidak terlalu besar bahkan sempit sekitar 1-5 m ini, mulai merebak di kawasan Amerika. Berawal dari banyaknya orang yang melakukan trip Abseiling/rappelling di Grand Canyon mulai sekitar tahun 2000. Kemudian memasuki 2009, banyak sekali para petualang muda mencoba mengeksplorasi di jalur-jalur sempit yang ketika hujan menjadi sebuah saluran air terjun.
Sampai saat ini Canyoning di Amerika bahkan di wilayah Benua lainnya menjadi sebuah kegiatan trip wisata alam (high risk sport), tapi ada juga yang melakukan penelitian. Baik itu untuk meneliti rekahan alam (crak/sesar/patahan), jenis batuan, jalur air dinamis statis (musiman atau tidak), pemetaan sungai, ekosistem, Vegetasi, Flora fauna, kelembaban udara, dan lainnya sehingga dapat di manfaatkan untuk kepentingan manusia.
Bahkan CUSA (canyoneering USA) membuat suatu Metode dan alat khusus diciptakan untuk kegiatan ini. Dari mulai penutup kepala sampai kaki beserta alat descending, ascending, Karnmantel, Carrabiner dan peralatan penunjang lainnya sengaja mereka buat dan kembangkan untuk kegiatan ini. Selain CUSA, Adidas merek sebuah sepatu terkenalpun melirik kegiatan ini. Dengan mengadakan expedisi Extreme Canyoning (https://youtube.com/watch?v=fd_-j6TSDWk), Adidas mensponsori satu kegiatan Canyoning di beberapa tempat dengan tujuan marketing produk adidas dan mempopulerkan olahraga extreme jenis baru (dalam penyebutan merk tidak bermaksud promosi hanya sebatas pengetahuan saja).
Berbagai jenis Kegiatan kepetualangan untuk mengexplorasi dunia seyogyanya telah berkembang, tidak akan mati pada satu Metoda dan tekhnik saja seiring dengan majunya teknologi dan perkembangan zaman. Begitupun dengan teknik dan metode Canyoning, yang bisa didefinisikan sebagai explorasi air terjun yang dilakukan di sungai yang lebar atau sempit, bertujuan untuk keperluan olahraga ekstrim (high risk sport), maupun untuk kepentingan ilmiah (education).
EVOLUSI KEPETUALANGAN
MAHACITA UPI sebenarnya telah melakukan evolusi kepetualangan CANYONING ini pada 2003 silam. Dengan mencoba memanjat tebing curug tujuh di kawasan Panjalu, Tasikmalaya.
Pemanjatan tersebut telah di muat dalam buletin Mahacita dengan judul “menebar Phyton di Curug tujuh”. Mungkin saat itu istilah metode Canyoning masih terasa asing. Namun pada prakteknya, kegiatan pemanjatan di medan yang berbeda yakni tebing air terjun sudah dilakukan.
Yang jelas pemanjatan di tebing Curug Tujuh saat itu telah memberikan suatu evolusi kepetualangan yang baru. Karena melakukan eksplorasi di tebing yang berair merupakan salah satu konsep dasar Canyoning yang memandang air terjun sebagai media.
MAHACITA UPI juga pernah melakukan eksplorasi Canyoning lainnya pada 2012 lalu di Curug Bibijilan, kawasan karst Buniayu, oleh Tim eksplorasi goa untuk TWKM XXIV MAHACITA UPI.
Curug Bibijilan tersebut terbentuk di atas bukit karst pembuangan dari system pergoaan di Buniayu. Memiliki ketinggian sekitar 40 meter, dengan kemiringan curug sekitar 65 derajat. Air terjun tersebut dapat dikategorikan grade dua, dan Canyoning dapat dilakukan dengan memakai alat descending non autostop (bobin)/figure eight dan memakai pelampung.
Debit air di Curug Bibijilan tidak terlalu deras, meskipun lebar sungainya sangat sempit yakni sekitar 8 meter. Namun aman untuk di lalui dengan tali dan peralatan descending lainnya.
Untuk memasang tambatan tidak terlalu susah, banyak sekali media di atas curug yang dapat dipilih untuk dijadikan anchor bernilai emas. Titik anchor pun tidak jauh dari bibir atas curug, yakni sekitar 2-3 meter sehingga efektifitas alat dapat di maksimalkan.
Selain sebagai kawasan eco-wisata, air dari curug ini dimanfaatkan warga untuk di tampung dalam sebuah bak penampungan. Menggunakan pompa hidrolik otomatis tanpa bantuan listrik dan Pam penyedot air. Menurut warga sekitar, Pompa air ini sudah ada sejak zaman Belanda.
Batuan yang mendasari sungai di curug ini adalah batuan karst muda yang masih hidup. Mungkin utuk 50 taun atau satu abad ke depan, masih ada perubahan secara eksokarst. Hal ini bisa terjadi andai saja tidak ada campur tangan manusia untuk merusaknya.
Deru perkembangan Canyoning saat ini menjadi rangsangan baru bagi dunia kepetualangan. Tidak hanya sebagai evolusi arena olahraga ekstrim yag baru, melainkan juga bisa dikombinasikan dengan kegiatan ilmiah ataupun sarana edukasi.
Apalagi mengingat Potensi besar Jawa barat terletak pada medan berbukit, gunung yang tidak terlalu tinggi, dan pegunungan berbatu yang terbatas. Kita hanya disuguhkan oleh hutan-hutan dengan sungai kecil di atas permukaan tanah tidak rata yang membelah di dalamnya. Sehingga banyak sekali air terjun yang terbentuk dan mengalir indah di sela-selanya.
Canyoning dapat di terapkan dalam memperbanyak gagasan, ide, pengalaman, dan pembelajaran untuk menopang kehidupan kepencintalaman. Apalagi dari konsep lingkungan hidup yang memang sedang di gemborkan saat ini.
Media bermain kepetualangan tidaklah harus mahal, Jauh, dan terkenal. Karena masih banyak media bermain lainnya yang belum tersentuh dan terpelopori khususnya di tingkat lokal.
Mari kita berjuang demi meningkatkan kapasitas dan kualitas diri yang berdampak baik pada keluarga, sahabat, organisasi, bangsa, dan Negara. Mari kita menjaga hijaunya hutan, Menjaga bening mata air, dan semoga selamatlah seisi bumi dan semesta alam.
"Dan Allah telah menjadikan Bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu" (Qs An-Nuh : 19-20). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar